Rabu, 26 Februari 2014

Interalasi Masa


A. Mulyana

Judul Buku : Muhammad Al-Fatih 1953
Pengarang : Felix Y. Siawu
Penerbit : Alfatih Press
Tebal Buku : xxvi + 320 halaman
Tahun Terbit : Cetakan ke-3, Juli 2013
ISBN : 978-602-17997-2-7


Sebuah sejarah tidak akan pernah hilang jika dituliskan, begitulah keinginan Felix Y. Siawu untuk menulis buku ini. Dia percaya sebuah konsep bahwa sejarah akan terus berulang jika tidak banyak yang mengambil pelajaran darinya. Maka ia menuliskan buku ini untuk memberikan semangat serta arahan kepada generasi muda untuk menjadi generasi penakluk layaknya Muhammad Al-Fatih yang telah menaklukan kota Konstatinopel.


Tuturan Felix Y. Siawu merupakan sebuah kapaduan dari integritas dirinya, harapan dan doa sebagai seorang penulis serta motivator bagi pembaca maupun untuk dirinya sendiri. Felix. Y Siawu bukan seorang muslim sejak lahir, dia hanya seorang muallaf yang telah diluluhkan hati dan pandangannya oleh Allah untuk masuk Islam. Namun, kesungguhannya dalam mempelajari Islam melebihi orang lain yang telah beragama Islam sejak lahir.

Felix Y. Siawu merupakan Islamic Inspirator lulusan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor serta aktif berdakwah dan aktivis islam di kampusnya. Selain itu dia pernah menjadi ketua lembaga dakwah fakultas pertanian, eLSIFA. Setiap kata yang Ia tulis dalam buku ini bukan sengaja tertuang sebagai sebuah cerita layaknya dongeng sebelum tidur. Ia menuliskan setiap kalimat untuk menyiptakan dunia yang sama seperti Muhammad Al-Fatih agar pembacanya bisa “Menyentuh” apa yang ia tulis.

Harga Sebuah Kecintaan
Konstatinopel atau nama Istanbul yang kita kenal sekarang merupakan sebuah kota yang berhasil direbut oleh pasukan muslim dengan penuh perjungan dan penuh kepercayaan pada ucapan Rasulullah SAW. Lebih dari delapan abad lamanya Konstatinopel menjadi sebuah tujuan utama dan jihad merupakan jalan yang dirindukan dengan sangat oleh pasukan perang dari masa ke masa. See Beyond The Eyes Can See itulah yang coba Felix Y. Siawu mencoba tanam dalam dada, hati, mental dan pemikirin bagi pembaca buku ini, hal sama yang telah diterapkan oleh Syaikhh Aaq Syamsudin pada Muhammad Al-Fatih. Pondasi utama yang diperlukan seorang penakluk untuk mewujudkan hal yang bukan hanya terlihat oleh fakta-fakta yang ada namun kemungkinan ditambah kepercayaan yang tertanam di dalam pikirannya.

Berbeda dengan orang-orang yang tidak bisa melihat 'lebih daripada yang bisa dilihat oleh mata' mereka akan selalu beralasan, mengeluh dengan hambatan dan rintangan yang menghadang mereka dan menjadikannya untuk tidak melakukan apapun dalam hidupnya” hal 293.

Melalui penuturan sederhana yang telah dikemas apik, Felix Y. Siawu tidak hanya menyebutkan apa yang terjadi pada masa lalu. Namun juga lebih kepada bagaimana hal-hal remeh bisa membuat peristiwa besar dan bersejarah hingga kini, bisa dilihat ketika pasukan Byzantium begitu panik ketika terjadi gerhana bulan sempurna. Penduduk Konstatinopel yang hidup dalam keabu-abuan mitos dan takhayul mempercayai bahwa kejadian itu merupakan sebuah pertanda kekalahan kota Konstatinopel. Selain itu, kecerdikan Muhammad Al-fatih dalam menyusun strategi perang yang tak pernah diduga dan selalu mengejutkan membuat siapapun yang melihatnya tak akan percaya.

Terakhir, pelajaran yang bisa kita ambil dari sejarah Muhammad Al-Fatih ini adalah sebuah kepercayaan pada visi hidup kita dan terus memberikan yang terbaik dari setiap pilihan yang telah kita buat. Kendati buku ini cukup tebal, tapi buku ini seperti santapan pagi; ringan namun pas diperut.

24 Februari 2014

0 komentar:

Posting Komentar